Berikut ini beberapa kritikan terhadap ceramah Habib Husain Al-Atas –semoga Allah memberi petunjuk kepadanya-, yang disampaikan oleh beliau dalam kajian acara renungan dibawah naungan al quran dari surat Al Arof ayat 181-188 bersama ust Husin Alatas pada hari selasa tanggl 12 mei 2015 jam 08.00 dan disiarkan ulang jam 22.00 (silahkan download di https://goo.gl/k71wCL)
Penulis merasa penting untuk menyampaikan kritikan ini mengingat isi ceramah beliau bertentangan dengan pokok akidah umat Islam.
PERTAMA :
Habib Husain meragukan keotentikan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dari kitab-kitab hadits yang mashyur.
Habib Husain berkata :
((Kebenaran yang pasti, yang mutlak yang datang dari sisi Allah. Oleh karena itu tidak ada satu pun jaminan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi buku-buku yang lain, bahwa buku-buku tersebut terjamin kebenarannya. Maka Allah berfirman:
وَلَوْ كَانَ مِنْ عِندِ غَيْرِ اللّهِ لَوَجَدُواْ فِيهِ اخْتِلاَفاً
“Kalau Al-Qur’an bukan dari Allah, niscaya mereka akan jumpai pertentangan yang amat banyak”
Tidak ada nash Al-Quran maupun ucapan Nabi yang menjamin bahwa Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, Nasai, Ad-Darimi, begitu pula Musnad Ahmad bin Hanbal, Musnad Ibnu Abi Syaibah, musnad eee…al mush…al mush….al…mushannaf….mushannaf Ibn Abi Syaibah, Mushannaf Abdurrazaq, bahwa semua buku-buku ini terjamin kebenarannya??, sama sekali tidak ada!!. Ini dari versi ahlussnnah
Dari versi syiah, empat buku yang menjadi rujukan mereka: al-kulaini al-kaafi, man laa yahduruhul faqih li As-Shaduq, kemudian at-tahdzib, yang keempat al-Istibshar yang ditulis oleh Ath-Thuusi, begitu pula buku-buku yang lain, tidak ada jaminan dari Allah maupun RasulNya bahwa buku-buku ini merupakan buku yang berisi kebenaran yang terjamin. Itu hanya klaim-klaim yang datang dari mereka-mereka yang fanatik kepada buku tersebut.
Yang fanatik kepada Bukhari-nya, Muslimnya, At-Tirmidzi-nya, Abu Dawud-nya, Ibnu majahnya, begitu pula kepada Ath-thabraninya baik fis shaghir al-awsath maupun al-kabir.
Begitu pula di kalangan syiah juga yang berfanatik kepada Al-Kaafi-nya, kepada ath-thuusinya, kepada ash-shaduuqnya, atau kepada al-majlisi, semua ini hadirin sekalian ucapan tanpa dasar kebenaran, tanpa dalil. Oleh karena itu jangan kita membesar-besarkan yang lain di hadapan kitab Allah.
Karena buku-buku ini setelah 200 tahun baru dikenal, setelah wafatnya Nabi kita Muhammad shallallau ‘alaihi wa sallam tangan-tangan kotor, hati-hati yang munafik, yang berencana busuk terhadap Islam tidak mungkin dapat kita hindari.
Kalau seandainya sebagian ulama mengatakan fulan tsiqah seorang yang jujur, fulan merupakan seorang yang cermat dan telilti, fulan merupakan seorang yang betul-betul menjaga kebersihan hidup ini, itu kan menurut penilaian manusia, bisa benar bisa salah, dan biasanya:
وعَيْنُ الرِّضَا عَنْ كُلِّ عَيْبٍ كَلِيْلَةٍ، وَلَكِنَّ عَينَ السُّخْطِ تُبْدي الْمَسَاوِيَا
“Pandangan mata kecintaan membuat yang buruk menjadi indah, sebaliknya pandangan kebencian akan membuat apa? Akan membuat yang indah menjadi buruk”))
Kritikan :
Sangat jelas bahwa Habib Husain meragukan keotentikan hadits-hadits Nabi yang termaktub dalam kitab-kitab hadits baik dari kalangan ahlus sunnah maupun dari kalangan syi’ah. Adapun alasan yang disampaikan oleh beliau adalah :
– Karena hadits-hadits tersebut dikodifikasikan setelah 200 tahun wafatnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
– Kitab-kitab hadits tersebut tidak luput dari ((tangan-tangan kotor, hati-hati yang munafik, yang berencana busuk terhadap Islam tidak mungkin dapat kita hindari))
– Karena keshahihan/keotentikan hadits dibangun diatas penilaian manusia yang menyatakan “si fulan tsiqoh/cermat dan terpercaya”, dan penilaian manusia bisa saja salah, sebagaiamana perkataan Habib : ((Kalau seandainya sebagian ulama mengatakan fulan tsiqah seorang yang jujur, fulan merupakan seorang yang cermat dan telilti, fulan merupakan seorang yang betul-betul menjaga kebersihan hidup ini, itu kan menurut penilaian manusia, bisa benar bisa salah))
Pernyataan Habib ini sangatlah berbahaya karena melazimkan perkara-perkara yang batil, diantaranya :
Pertama : Hadits-hadits yang ada sekarang yang termaktub dalam kitab-kitab hadits –baik versi ahlus sunnah maupun versi syi’ah- tidak bisa dijadikan pedoman ataupun rujukan, karena tidak ada jaminan kebenarannya.
Konsekwensi perkataannya bahwa dalil yang diterima terbatas hanya al-Qur’an.
Dan inilah pemahaman sekte sesat yang dikenal oleh para ulama dengan Al-Qur’aniyun, yaitu mereka-mereka yang menolak Hadits nabi dan hanya mau berdalil dengan al-Qur’an, dikarenakan hadits-hadits yang dikodifikasikan sekarang diragukan keotentikannya dan diragukan kebenarannya.
Dan munculnya sekte sesat ini telah disinyalir oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabda beliau :
أَلاَ إِنِّي أُوْتِيْتُ الْكِتَابَ وَمِثْلَهُ مَعَهُ أَلاَ يُوْشِكُ رَجُلٌ شَبْعَانُ عَلَى أَرِيْكَتِهِ يَقُوْلُ : عَلَيْكُمْ بِهَذَا الْقُرْآنِ فَمَا وَجَدْتُمْ فِيْهِ مِنْ حَلاَلٍ فَأَحِلُّوْهُ وَمَا وَجَدْتُمْ فِيْهِ مِنْ حَرَامٍ فَحَرِّمُوْهُ
Ketahuilah sesungguhnya diturunkan kepadaku Al-Quran dan yang semisalnya bersamanya (yaitu hadits)”, ketahuilah akan datang seseorang yang kenyang duduk diatas pembaringannya berkata: “Berpegang teguhlah kepada Al- Quran ini saja, semua yang kalian dapati padanya kehalalan maka halalkan dan yang kalian dapati padanya satu keharoman maka haramkanlah. [HR Ahmad 4/131 dan Abu Daud 5/11]
Kedua : Usaha para ulama dalam menilai kredibilitas para perawi hadits tidak ada nilainya.
Pernyataan para ulama al-Jarw wa at-Ta’dil : “Si fulan tsiqoh (terpercaya dan cermat)” sehingga diambil periwayatan haditsnya atau “Si fulan Kadzdzab (pendusta)” sehingga ditolak periwayatan haditsnya, semuanya tidak bernilai di sisi Habib Husain, dengan dalih bahwasanya ini semua hanyalah penilaian manusia.
Padahal tidak ada jalan lain di kalangan para ulama ahlus sunnah (baik Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i maupun Imam Ahmad) untuk mengetahui suatu hadits bisa diterima atau ditolak kecuali dengan penilaian terhadap para perawinya. Nah kalau penilaian para ulama terhadap para perawi tidak dianggap oleh Habib Husain maka dengan cara apakah kita bisa mengetahui suatu hadits shahih atau lemah??
Ataukah Habib Husain memiliki metode tersendiri dalam menilai keshahihan suatu hadits tanpat ilmu al-Jarh wa at-Ta’dil (penilaian para ulama terhadap kredibilitas para perawi)?
Kesimpulan yang diambil Habib Husain bahwa hadits-hadits yang ada sekarang sudah tidak bisa terjamin kebenarannya, apalagi beliau menegaskan dengan pernyataan beliau kitab-kitab hadits yang ada tidak luput dari ((tangan-tangan kotor, hati-hati yang munafik, yang berencana busuk terhadap Islam tidak mungkin dapat kita hindari))
Ketiga : Beliau mencela kefanatikan Ahlus Sunnah terhadap kitab-kitab hadits yang ada Shahih Al-Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, dll.
Ahlussunnah memang harus fanatik kepada kitab-kitab tersebut, karena pada kitab-kitab tersebutlah terdapat sabda-sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan Allah berfirman :
وَمَآءَاتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَانَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا
Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. [Al-Hasyr/59:7)
Lantas jika semua kitab hadits tidak terpercaya maka bagaimana kita melaksanakan perintah Allah ini. Bagaimana kita bisa mengenal dan mengetahui apa yang telah dibawa oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Demikian juga bagaimana kita bisa mengamalkan perintah Allah :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. ( QS Al-Ahzaab : 21)
Adapun jika maksud Habib bahwasanya Ahlus Sunnah fanatik kepada kitab-kitab tersebut melazimkan bahwa semua isi kitab tersebut benar, maka ini adalah tuduhan yang dusta dan diada-adakan. Tidak ada seorangpun ahlus sunnah yang berakal sehat yang menyatakan bahwa semua isi buku tersebut adalah hadits yang shahih !!!. Karena para penulis kitab-kitab hadits yang disebutkan oleh Habib Husainpun tidak pernah menyatakan bahwa semua hadits yang mereka tulis dalam kitabnya adalah shahih, kecuali Al-Imam Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim yang mempersyaratkan hanya menulis hadits-hadits yang shahih. Itupun ada sebagian ulama yang mengkritik segelintir kecil dari hadits-hadits mereka.
Keempat : Hadits-hadits Nabi bukanlah wahyu dari Allah.
Perkataan Habib ((Kebenaran yang pasti, yang mutlak yang datang dari sisi Allah. Oleh karena itu tidak ada satu pun jaminan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi buku-buku yang lain, bahwa buku-buku tersebut terjamin kebenarannya. Maka Allah berfirman:
وَلَوْ كَانَ مِنْ عِندِ غَيْرِ اللّهِ لَوَجَدُواْ فِيهِ اخْتِلاَفاً
“Kalau Al-Qur’an bukan dari Allah, niscaya mereka akan jumpai pertentangan yang amat banyak”
Tidak ada nash Al-Quran maupun ucapan Nabi yang menjamin bahwa Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, Nasai, Ad-Darimi, begitu pula Musnad Ahmad bin Hanbal, Musnad Ibnu Abi Syaibah, musnad eee…al mush…al mush….al…mushannaf….mushannaf Ibn Abi Syaibah, Mushannaf Abdurrazaq, bahwa semua buku-buku ini terjamin kebenarannya, sama sekali tidak ada))
Bantahan:
Ini adalah kedustaan, bukankah Allah telah berfirman :
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى (٣)إِنْ هُوَ إِلا وَحْيٌ يُوحَى (٤)
Dan Tiadalah yang diucapkan oleh Muhammad itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). (QS An-Najm : 3-4)
Dari Abdullah bin ‘Amr beliau berkata :
كُنْتُ أَكْتُبُ كُلَّ شَيْءٍ أَسْمَعُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُرِيدُ حِفْظَهُ، فَنَهَتْنِي قُرَيْشٌ، فَقَالُوا: إِنَّكَ تَكْتُبُ كُلَّ شَيْءٍ تَسْمَعُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَشَرٌ يَتَكَلَّمُ فِي الْغَضَبِ وَالرِّضَا، فَأَمْسَكْتُ عَنِ الْكِتَابِ، فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ فَقَالَ: «اكْتُبْ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا خَرَجَ مِنِّي إِلَّا حَقٌّ»
“Aku menulis segala sesuatu yang aku dengar dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, aku ingin menghafalkannya. Maka kaum Quraisy melarangku, mereka berkata : “Sesungguhnya engkau menulis segala sesuatu yang kau dengar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah manusia, ia berkata dalam kondisi marah dan dalam kondisi senang”. Maka akupun berhenti menulis, lalu aku menceritakan hal ini kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka beliau berkata : “Tulislah, demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, tidak ada yang keluar dariku kecuali kebenaran“ (HR Ahmad no 6510)
Dan telah lalu sabda Nabi
أَلاَ إِنِّي أُوْتِيْتُ الْكِتَابَ وَمِثْلَهُ مَعَهُ
“Ketahuilah sesungguhnya diturunkan kepadaku Al-Quran dan yang semisalnya bersamanya (yaitu hadits)”
Lantas apa fungsinya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dikatakan sebagai ma’shuum?, beliau tidak lain disifati demikian karena hadits-hadits beliau adalah kebenaran, wahyu dari Allah.
Tentu jelas Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah menyatakan bahwa Shahih Al-Bukhari itu terjamin kebenarannya, akan tetapi Nabi telah menyatakan bahwa apa yang diucapkannya pasti benar. Nah apa yang telah diucapkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah termaktub dalam kitab-kitab hadits.
Ini semua menunjukkan bahwa pendalilan Habib dengan ayat di atas untuk menolak kitab-kitab hadits adalah pendalilan yang tidak tepat, karena hadits-hadits juga berasal dari Allah.
KEDUA :
Pernyataan Habib Husain:
((Maka dari sini para ikhwan akhwat yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala. kitab yang pasti kebenarannya hanya kitab Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan saya bersumpah atas nama Allah, inni usyhidullah wa usyhidukum jami’an anna hadza huwa al-kitab al-wahid aladzi yahtawi ‘alal haq. Saya persaksikan Allah, persaksikan kalian semua bahwa hanya ini kitab satu-satunya yang mencakup kebenaran yang tidak meragukan.
ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيهِ هُدًى
Yang terang benderang, tidak terdapat kegelapan di dalamnya sedikit pun dan ia lah asy-syifa’u war rahmah, dialah al-huda maka selain dari kitab suci al-quran, yang mengaku sebagai ahlussunah yang mengaku syiah dari keluarga rasul, lastum ‘alasy syai, kalian tidak berarti apa-apa hingga kalian kembali kepada kitab Allah. Khurafat-khurafat, kebohongan-kebohongan, kepalsuan yang menyebar dalam buku-buku kalian bersih.))
Bantahan :
Pernyataan Habib Husain ini hanyalah untuk menekankan akan aqidah beliau bahwasanya kitab-kitab hadits yang ada tidak bisa dipercaya karena berisi khurofat dan kebohongan serta kepalsuan.
Nah yang ingin kita tanyakan kepada Habib Husain, kalau beliau hendak sholat, hendak haji, hendak membayar zakat, maka bagaimanakah caranya jika hanya bersandar kepada Al-Qur’an?
Karena tata cara sholat, kapan waktu-waktunya, berapa raka’atnya, tidak dijelaskan secara rinci dalam Al-Qur’an, dan hanya dijelaskan dalam hadits-hadits Nabi.
Nah bagaimana cara Habib Husain sholat kalau tidak berpedoman kepada hadits-hadits Nabi?, karena seluruh kitab hadits yang ada tidak terjamin kebenarannya. Lantas apakah Habib Husain punya kitab hadits sendiri? Sanadnya shahih tanpa ada keraguan bersambung hingga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam?
Demikian juga permasalahannya yang berkaitan dengan haji dan zakat, tidak ada perinciannya di Al-Qur’an, perinciannya terdapat dalam hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
KETIGA :
Apa Kriteria Hadits Shahih menurut Habib?
Kenyataannya Habib Husain juga sering berdalil dengan hadits –meskipun ia meyakini bahwa semua kitab hadits yang ada tidak terjamin kebenarannya-. Bahkan dalam ceramah beliau ini, ternyata beliau juga menyebutkan sebuah hadits, Habib Husain berkata:
((Oleh karena itu Nabi yg dikenal sebagai seorang yg berjiwa penuh dgn rahmat, airmata berlinang linang ketika menyaksikan seorang yahudi yang mati yang digiring jenazahnya menuju pekuburannya, Nabi bercucuran aitmata mengatakan : “Satu orang lagi telah lolos masuk kedalam api neraka dan saya tdk berdaya untuk menyelamatkan dirinya”))
Hadits yang disebutkan oleh Habib ini ngomong-ngomong dari kitab hadits yang mana? Apakah dari kitab-kitab hadits versi Ahlus Sunnah yang dinilai cacat oleh Habib, ataukah dari kitab-kitab hadits versi Syi’ah?. Lantas bagaimana kedudukan para perawi hadits ini?, bagaimana penilaian para ulama tentang para perawi tersebut.
Ataukah sangat jelas bahwa ini adalah hadits palsu?, jika hadits ini hadits palsu kok bisa diniali shahih menurut Habib Husain sehingga dijadikan dalil?. Apa sih ilmu Habib Husain untuk mengetahui keshahihan suatu hadits?
Maka sungguh aneh jika Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim ditolak oleh Habib, akan tetapi hadits palsu dijadikan dalil ???
KEEMPAT :
Tafsir Al-Qur’an versi Habib Husain
Habib Husain sepertinya berniat baik, ingin agar pertikaian diantara ahlus sunnah dan syi’ah selesai. Meskipun solusi yang beliau tawarkan adalah solusi aneh dan mustahil. Yaitu meninggalkan kitab-kitab hadits versi ahlus sunnah dan versi syi’ah, lalu kembali kepada Al-Qur’an saja yang jelas kebenarannya.
Maka taruhlah kita setuju dengan solusi yang ditawarkan oleh Habib Husain, maka yang jadi pertanyaan : Jika kita kembali kepada Al-Qur’an lantas versi pemahaman dan tafsir al-Qur’an tersebut ikut versi yang mana?, apakah ikut versi ahlus sunnah?, ataukah versi Syi’ah?, ataukah Habib Husain akan membuat versi tafsir sendiri.
Berikut ini contoh tafsir Habib Husain terhadap sebuah ayat dalam Al-Qur’an yang beliau sampaikan dalam ceramah di atas.
((inilah nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wasallam, dia tidak mengatakan kamu celaka, neraka, sesat, kafir…tapi datang kepada mereka, mengajak kembali kepada Allah, membacakan ayat ayat Allah ta’ala, bila ditolak dicaci dimaki dia bersabar dan besok akan mendatanginya lagi untuk kembali kpd Allah,.bukan tugas nabi untuk menghakimi mereka,..bukan tugas mereka pula untuk menghakimi nabi,
مَا عَلَيْكَ مِنْ حِسَابِهِمْ مِنْ شَيْءٍ وَمَا مِنْ حِسَابِكَ عَلَيْهِمْ مِنْ شَيْءٍ
bukan tugas kamu untuk apa? Untuk menghisab mereka…
وَمَا مِنْ حِسَابِكَ عَلَيْهِمْ مِنْ شَيْءٍ
begitu pula bukan tugas mereka untuk menghisab kamu… (QS Al-An’aam : 52)
saya seorang yang tidak lepas dari kesalahan,ketergelinciran,..yang tidak luput dari dosa,.dari hal hal yg busuk yang Allah tutupi,..tugas saya bukan mengadili manusia,..tugas saya hanya seorang menyampaikan pesan pesan yang datang dr Allah,..dgn menyampaikan pesan ini))
Lihatlah dalam pernyataan di atas, Habib Husain menafsirkan ayat diatas (QS Al-An’aam : 52) dengan larangan untuk menghukum orang lain. Sehingga beliau menyatakan bahwa Nabi tidak pernah memvonis celaka, neraka, sesat, dan kafir. Bukan tugas Nabi untuk menghukum dan memvonis mereka.))
Komentar:
Ini sebenarnya tafsiran yang sangat aneh dan bertentangan dengan ayat-ayat yang lain dan juga hadits hadits yang shahih. Untuk lebih jelasnya berikut saya sampaikan terjemah ayat tersebut selengkapnya versi Depag :
وَلا تَطْرُدِ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ مَا عَلَيْكَ مِنْ حِسَابِهِمْ مِنْ شَيْءٍ وَمَا مِنْ حِسَابِكَ عَلَيْهِمْ مِنْ شَيْءٍ فَتَطْرُدَهُمْ فَتَكُونَ مِنَ الظَّالِمِينَ (٥٢)
Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan petang hari, sedang mereka menghendaki keridhaanNya. kamu tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatan mereka dan merekapun tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatanmu, yang menyebabkan kamu (berhak) mengusir mereka, (sehingga kamu Termasuk orang-orang yang zalim) (QS Al-An’aam : 52)
“Ketika Rasulullah s.a.w. sedang duduk-duduk bersama orang mukmin yang dianggap rendah dan miskin oleh kaum Quraisy, datanglah beberapa pemuka Quraisy hendak bicara dengan Rasulullah, tetapi mereka enggan duduk bersama mukmin itu, dan mereka mengusulkan supaya orang-orang mukmin itu diusir saja, lalu turunlah ayat ini” (Lihat catatan kaki ayat ini pada terjemahan versi Depag)
Karenanya sangat jelas bahwa yang dinafikan oleh Allah bukanlah menghukum atau memvonis akan tetapi yang dinafikan oleh Allah adalah hisab, yaitu penilaian mereka di akhirat, yaitu bahwasanya pertanggungjawaban hisab mereka adalah di tangan Allah.
Ayat ini sama seperti firman Allah :
قَالُوا أَنُؤْمِنُ لَكَ وَاتَّبَعَكَ الأرْذَلُونَ (١١١)قَالَ وَمَا عِلْمِي بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (١١٢)إِنْ حِسَابُهُمْ إِلا عَلَى رَبِّي لَوْ تَشْعُرُونَ (١١٣)وَمَا أَنَا بِطَارِدِ الْمُؤْمِنِينَ (١١٤)
Mereka berkata: “Apakah Kami akan beriman kepadamu, Padahal yang mengikuti kamu ialah orang-orang yang hina?”. Nuh menjawab: “Bagaimana aku mengetahui apa yang telah mereka kerjakan? Perhitungan (amal perbuatan) mereka tidak lain hanyalah kepada Tuhanku, kalau kamu menyadari. Dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang beriman. (QS Asy-Syu’aroo’ : 111-114)
Adapun menafsirkan lafal “hisab” dengan “larangan memvonis/menghukum” maka jelas ini adalah penafsiran batil yang disebutkan oleh orang-orang yang berpemikiran Liberal, yang menyatakan bahwa semua agama adalah sama, tidak boleh umat Islam memvonis umat yang lain dengan kufur atau neraka.
Padahal dalam al-Qur’an banyak sekali ayat yang memvonis kaum Nasrani dan Yahudi sebagai kuffaar dan di neraka jahannam.
Seperti firman Allah :
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ (٧٢)
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah Al masih putera Maryam”, Padahal Al masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu”. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. (QS Al-Maidah : 72)
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلاثَةٍ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلا إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (٧٣)
Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga”, Padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan yang Esa. jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. (QS AL-Maidah : 74)
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ (٦)
Sesungguhnya orang-orang yang kafir Yakni ahli kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. (QS Al-Bayyinah : 6)
Lihatlah dalam ayat-ayat di atas Allah memvonis kaum musyrikin dan kaum ahlul kitab (Yahudi dan Nashoro) sebagai kaum kuffar dan tempat mereka di neraka jahannam.
Dan bukankah setiap kali Habib Husain sholat selalu membaca firman Allah
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ (٧)
(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. (QS Al-Fatihah : 7)
Para mufassirin telah sepakat bahwa yang dimaksud dengan orang-orang yang dimurkai oleh Allah adalah kaum Yahudi, dan orang-orang yang sesat adalah kaum Nashoro. Perhatikanlah pada ayat ini Allah memvonis sesat dan dimurkai Allah.
Apalagi kalau meilhat hadits-hadits Nabi tentang hal memvonis maka sungguh sangat banyak sekali. Baik pada hadits-hadits yang shahih maupun hadits-hadits yang palsu. Yang menakjubkan adalah Habib Husain melarang memvonis akan tetapi justru beliau menyebut hadits palsu tentang Nabi memvonis seorang Yahudi yang meninggal masuk neraka. Sebagaimana perkataan Habib :
((Oleh karena itu nabi yg dikenal sebagai seorang yang berjiwa penuh dengan rahmat, airmata berlinang linang ketika menyaksikan seorang yahudi yang mati yang digiring jenazahnya menuju pekuburannya, Nabi bercucuran aitmata mengatakan : “Satu orang lagi telah lolos masuk kedalam api neraka dan saya tdk berdaya untuk menyelamatkan dirinya“))
Komentar:
Saya kawatir Habib Husain telah terkontaminasi dengan pemikiran-pemikiran Kaum JIL.
Nah jika Habib Husain dalam menerjemahkan dan menafsirkan ayat di atas telah keliru, terus bagaimana beliau mau mengajak umat ini untuk meninggalkan kitab-kitab hadits dan hanya bersandar kepada Al-Qur’an?. Maka pertanyaan yang sangat mendasar adalah Al-Qur’an terjemahan dan tafsir versi siapakah yang anda pilih wahai Habib Husain? Apakah versi anda yang keliru begini? Atau versi pafa mufassir ahlus sunnah ataukah versi para mufassir syi’ah, ataukah versi para mufassir JIL??
KELIMA :
Habib Husain justru memvonis bahkan menuduh !!
Habib Husain menyampaikan kata-kata indah bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam anti memvonis orang lain, baik vonis neraka, atau celaka, atau sesat, atau kafir. Dan Habib Husain mengaku mengikuti metode Nabi, dimana beliau anti memvonis. Habib Husain berkata:
((saya seorang yang tidak lepas dari kesalahan, ketergelinciran,..yang tidak luput dari dosa,. dari hal hal yg busuk yang Allah tutupi,..tugas saya bukan mengadili manusia,..tugas saya hanya seorang menyampaikan pesan pesan yang datang dr Allah,..dgn menyampaikan pesan ini))
Komentar.
Ini pernyataan Habib Husain, akan tetapi kenyataannya beliau memvonis Salafy dengan vonis-vonis dan tuduhan yang sangat mengerikan. Berikut diantara vonis-vonis dan tuduhan beliau dalam ceramah diatas:
Pertama : Salafy Wahabi lebih mengagungkan Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-‘Utsaimin daripada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Habib Husain berkata:
((Oleh karena itu yang lucu hadirin sekalian dari sebagian ulama-ulama salafi wahabi ini, kita jumpai bagaimana semua peninggalan rasul, peninggalan para sahabat dan keluarga rasulnya, di mekah di madinah dibersihkan disingkirkan dengan alasan dikhawatirkan akan menjerumuskan orang ke dalam syirik. Tapi yang mengherankan, mereka mendirikan museum bagi tokoh mereka yaitu Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin di Riyadh. Mendirikan museum yang besar, dalam museum tersebut disebutkan ini merupakan kacamata yang dipergunakan oleh Asy-Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsaimin, ini merupakan pena terakhir yang digunakan oleh beliau, ini merupakan peninggalannya, ini merupakan peninggalannya dibuat museum diletakan di tempat yang betul-betul indah. Kita gak menentang hal ini, gak mengatakan bahwa hal ini merupakan perbuatan bidah. Yang mengherankan, kenapa terhadap rasul, terhadap keluarga para sahabatnya, mereka habisi semua situs sejarah dan peninggalan mereka. Siapa yang ingin lebih jelas lagi coba buka museum muhammad shalih al-utsaimin atau muthaf Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin.
Bentuk yang indah yang menampung sekian banyak peninggalan Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin yang meninggal belum lama ini, beliau merupakan rekan dari Syaikh Abdul Aziz bin Baz. Para pengikutnya menjunjungnya mengangungkannya bahkan lebih daripada rasul. Kalau rasul, mereka sebutkan sekian banyak kekurangannya, cacatnya, bahkan mereka menisbatkan hal yang tidak pantas kepada rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam))
Kritikan :
Pernyataan terakhir Habib Husain yang saya garis bawahi melazimkan para salafy wahabi adalah orang-orang kafir dan munafik. Bagaimana tidak kafir, ternyata mereka lebih mengagungkan Syaikh Al-‘Utsaimin daripada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan sungguh ini adalah adalah tuduhan keji dan dusta. Apalagi menuduh salafy wahabi suka menyebutkan banyak kekurangan nabi, menyebutkan cacat nabi, dan menisbahkan yang tidak pantas kepada Nabi. Sungguh ini merupakan kekafiran yang nyata. Penyataan dan tuduhan Habib Husain ini melazimkan kekafiran salafy wahabi. Akan tetapi tuduhan ini harus ada buktinya !!! Saya mohon Habib Husain mau mendatangkan buktinya bukan hanya menyampaikan kedustaan !!.
Diantara kedustaan Habib Husain, bahwasanya beliau menyatakan bahwa di kota Riyadh Ibu kota Arab Saudi dibangun Muthaf (Museum) Syaikh Al-Utsaimin rahimahullah. Ini jelas kedustaan. Karena tidak ada museum Syaikh Al-Utsaimin, apalagi dibangun di kota Riyadh ibu kota Arab Saudi. Yang benar adalah telah dibangun Yayasan Sosial Syaikh Al-Utsaimin, dan dibangun di kota kediaman beliau yaitu di Unaizah. Dan Yayasan sosial ini bukanlah museum sebagaimana tuduhan Habib, karenanya Yayasan ini bergerak dalam bidang-bidang kebaikan seperti
– Membangun mesjid
– Membantu faqir miskin, anak yatim, dan para janda
– Membantu yayasan-yayasan tahfidz al-Qur’an
– Memperhatikan para penuntut ilmu
– dll (silahkan lihat di http://www.ibnothaimeen.com/all/Charity.shtml)
Dinamakan yayasan tersebut dengan nama Syaikh al-Utsaimin karena tujuan utama pembangunan yayasan ini adalah untuk menyebarkan karya-karya ilmiyah dari kitab-kitab syaikh al-Utsaimin, ceramah-ceramah beliau, dan fatwa-fatwa beliau.
Adapun di dalam yayasan tersebut mungkin pena ada syaikh dan yang semisalnya maka jika itu benar maka itu merupakan kenang-kenangan yang mungkin disimpan oleh para ahli waris beliau, dan belum tentu diridoi oleh beliau. Dan barang kenangan tersebut bukan untuk dicari keberkahannya sama sekali, tetapi hanya dipajang untuk kenangan. Kalaupun ini merupakan kesalahan maka toh sudah ada yang mengingkari, dan bukanlah perkara yang dibesar-besarkan dan disebarkan agar orang-orang mengunjungi yayasan ini dalam rangka mencari berkah dari benda-benda tersebut.
Jadi Habib Husain telah mengesankan bahwa kerajaan Arab Saudi yang membangun museum, padahal yang dibangun adalah yayasan sosial dan yang membangunnya adalah pihak swasta.
Kedua : Habib Husain menuduh bahwa Salafy Wahabi dan Habib Tasawwuf membantah syi’ah karena uang bukan karena kebenaran.
Habib Husain berkata:
((Saya jumpai hadirin sekalian hal yang amat lucu,kalangan habaib dan kyai kyai yang condong kearah tasawuf yang antipati terhadap kelompok salafy wahabi,… bahkan dimata mereka salafy wahabi sesat, kemudian kelompok salafy wahabi juga menganggap habaib dan kyai kyai ini merupakan ahli bid’ah, sesat, musyrik, ini menurut mereka, buku buku mereka menjadi saksi, tapi yang heran mereka bisa bersatu bersama sama, bisa bersatu dalam satu wadah, bersama sama untuk berperang memusuhi syi’ah , ini mengherankan, apa? Uang yang menyatukan mereka, kepentingan yang menyatukan mereka,bukan kebenaran))
Kritikan;
Ini juga merupakan tuduhan yang keji, memvonis bahwasanya para habib dan juga salafy wahabi hanya mencari duit dalam membantah syi’ah. Tolong tunjukan bukti wahai Habib, bukan hanya sekedar menuduh !!. Kedudukan anda sebagai Habib jauh lebih tinggi dari perbuatan menuduh tanpa bukti !!
Yang menjadi pertanyaan : Kenapa Habib Husain sewot dan risih jika salafy dan para habib bersatu membantah syi’ah?
Apakah Habib Husain tidak suka Syi’ah dibantah dan diungkap kesesatannya? Ada apa gerangan wahai Habib Husain?
Ketiga : Habib Husain memvonis Kerajaan Arab Saudi yang mengurus dua kota suci Mekah dan Madinah sebagai orang-orang yang telah menodai kehormatan Mekah, dan melakukan kerusakan di atas muka bumi.
Habib Husain berkata:
((oleh karena itu kita berharap, mudah mudahan kota suci Mekah dibersihkan disucikan dari orang orang yang menodai kehormatannya,orang orang yang melakukan kerusakan diatas muka bumi ini, kembali ketangan orang orang yang beriman yang bertaqwa))
Kritikan :
Ini adalah tuduhan yang sangat keji terhadap pemerintah Arab Saudi. Dan kita katakan kepada Habib sebuah syair yang disebutkan oleh Habib dalam ceramahnya, Habib Husain berkata :
وعَيْنُ الرِّضَا عَنْ كُلِّ عَيْبٍ كَلِيْلَةٌ، وَلَكِنَّ عَينَ السُّخْطِ تُبْدي الْمَسَاوِيَا
“Pandangan mata kecintaan membuat yang buruk menjadi indah, sebaliknya pandangan kebencian akan membuat apa? Akan membuat yang indah menjadi buruk”
Habib Husain hanya melihat dengan pandangan buruk sehingga semua kebaikan Arab Saudi terlupakan. Bahkan dengan berani memvonis Arab Saudi sebagai orang-orang yang telah menodai kehormatan Mekah dan telah melakukan kerusakan di atas muka bumi.
Tidak seorang salafy pun bahkan tidak seorang yang berakalpun yang menyatakan bahwa Arab Saudi bebas dari kesalahan. Arab Saudi tentu memiliki kesalahan-kesalahan, akan tetapi kebaikan mereka terlalu jauh lebih banyak dari pada kesalahan yang ada. Minimal kebaikan mereka adalah Menjaga kesucian dua kota suci (bukan menodainya sebagaimana tuduhan Habib).
Dan sungguh luar biasa harta yang telah dikeluarkan oleh Arab Saudi untuk mengadakan perluasan dua mesjid, yang semua itu adalah untuk kepentingan kaum muslimin di seluruh muka bumi agar lebih nyaman beribadah di Mekah dan Madinah.
Adapun tuduhan Habib Husain:
((Oleh karena itu yang lucu hadirin sekalian dari sebagian ulama-ulama salafi wahabi ini, kita jumpai bagaimana semua peninggalan rasul, peninggalan para sahabat dan keluarga rasulnya, di mekah di madinah dibersihkan disingkirkan))
Saya harap Habib Husain kembali meninjau kembali tuduhan ini. Tentunya pemerintah Arab Saudi tatkala memperluas mesjid maka pasti ada areal rumah para sahabat, areal rumah istri-istri Nabi yang dihancurkan. Kalau seandainya rumah para sahabat dan keluarga Rasulullah di Madinah harus dibiarkan maka bagaimana cara perluasan mesjid Nabawi???
Dan situs-situs sejarah masih banyak yang dijaga oleh Arab Saudi, seperti mesjid Quba’, mesjid Qiblatain, Mesjid Jum’at, Mesjid Ijabah, bahkan baru saja dibangun Mesjid Khondak, demikian juga sekarang sedang dibangun mesjid besar di uhud dekat Syuhada’ uhud.
Demikian juga di Mekah, tempat kelahiran Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam masih dibangun perpustakaan.
Lagi pula Nabi sendiri tatkala ke Mekah beliau tidak ingin singgah ke rumahnya yang dulu apalagi merebut kembali.
عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدِ أَنَّهُ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَتَنْزِلُ فِى دَارِكَ بِمَكَّةَ فَقَالَ « وَهَلْ تَرَكَ لَنَا عَقِيلٌ مِنْ رِبَاعٍ أَوْ دُورٍ ». وَكَانَ عَقِيلٌ وَرِثَ أَبَا طَالِبٍ هُوَ وَطَالِبٌ وَلَمْ يَرِثْهُ جَعْفَرٌ وَلاَ عَلِىٌّ شَيْئًا لأَنَّهُمَا كَانَا مُسْلِمَيْنِ وَكَانَ عَقِيلٌ وَطَالِبٌ كَافِرَيْنِ
Dari Usamah bin Zaid Radhiyallahu ‘anhuma, beliau bertanya, ‘Ya Rasulullah, apakah anda akan singgah di rumahmu di Mekah?’ Beliau bersabda, “Apakah Aqil masih meninggalkan rumah untuk kami.”
Aqil yang menjadi ahli waris Abu Thalib bersama si Thalib. Sementara Ja’far dan Ali tidak mendapatkan warisan apapun, karena keduannya muslim. Aqil dan Thalib orang kafir. (HR. Bukhari 1588, Muslim 3360, dan Ibn Majah 2834).
Ketika fathu Mekah, tanah negeri itu menjadi kekuasaan kaum muslimin. Kendati demikian, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sama sekali tidak mempedulikan rumah kelahiran atau tanah beliau. Beliau juga tidak mengupayakan pelestarian tempat-tempat bersejarah itu. Beliau tidak merawat rumah kelahiran beliau, atau merawat gua hira, atau gua tsur, sama sekali tidak.
Ini menunjukkan bahwa dakwah beliau dan para sahabat, tidak memiliki kepentingan dengan tempat-tempat semacam ini.
Karena itu, jika ada yang beranggapan, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat menyerang kota Mekah untuk merebut kembali tanah kelahiran mereka, ini berarti suudzan kepada beliau dan sahabat.
(silahkan baca http://www.konsultasisyariah.com/rumah-nabi-jadi-wc-umum/)
Adapun kebaikan-kebaikan Arab Saudi bagi dunia Islam maka sungguh sangat banyak sekali, namun memang jarang terpublikasi. Diantaranya silahkan baca http://www.republika.co.id/berita/koran/opini-koran/15/03/28/nlwxib-wajah-humanis-saudi
Jika mata Habib Husain tidak bisa melihat kebaikan-kebaikan Arab Saudi negeri Salafy, maka tidak ada salahnya jika mata Habib Husain terbuka untuk mampu melihat jasa-jasa Negara Iran negerinya kaum Syi’ah. Diantara jasa-jasa Iran adalah :
– Menyebarkan narkoba di penjuru dunia diantaranya di tanah air Indonesia (silahkan lihat http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2010/06/27/58074/Iran-Pemasok-Narkotika-Terbesar-ke-Indonesia, lihat juga http://www.konsultasisyariah.com/narkoba-iran/)
– Menyebarkan kedustaan tentang Arab Saudi di tanah air agar menanamkan kebencian terhadap umat Islam di Arab Saudi (silahkan lihat https://www.firanda.com/index.php/artikel/bantahan/340-koleksi-dusta-pemerintah-iran)
– Tersebarnya aids karena terlalu sering mut’ah/nikah kontrak gonta ganti pasangan. (Silahkan lihat http://www.merdeka.com/dunia/penderita-aids-di-iran-melonjak-tajam.html)
Bersambung… insya Allah…
Kota Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, 27-07-1436 H / 16-05-2015 M
Abu Abdil Muhsin Firanda Andirja
www.firanda.com